Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2009

Golput adalah pilihan? (bagian satu)

Baru saja kabar yang mengagetkan dari Padang, tepatnya dari sidang MUI yaitu keluarnya fatwa tentang haramnya golput bagi umat Islam di Indonesia dalam pemilu yang akan datang. Namun setelah diteliti lebih lanjut ternyata bukan fatwa haram golput, tetapi kewajiban untuk memilih bagi umat Islam agar terdapat pemimpin yang mengelola negara ini. Pro kontra pun berlanjut, mulai dari yang setuju tanpa pandang bulu sampai yang menolak sama sekali. Tulisan ini tidak berbicara masalah kontroversi tersebut, tapi bagaimana penulis mempunyai pandangan terhadap golput itu sendiri. Golput yang menjadi obyek pembahasan disini adalah golput yang penuh kesadaran, bukan karena ketidaksengajaan maupun masalah teknis lainnya, seperti tidak terdaftar di dalam DPT. Dari berbagai media, tulisan dan pendapat, beberapa argumen dari kalangan golput antara lain adalah: Merasa tidak ada pilihan di antara berbagai partai atau kandidat, yang mampu menyuarakan aspirasi atau harapannya; Merasa tidak ada kemanfaatan

Persiapan Mendidik Anak

Gambar
hari ini, isteri saya mengambil formulir pendaftaran SD untuk anak saya yang kedua (SD yang sama dengan anak saya yang pertama), dan kemudian saya baca dan pelajari persyaratan pendaftaran, jangka waktu dan yang penting berapa duit yang harus dikeluarkan apabila diterima di SD yang bersangkutan. Sesuai perkiraan jumlah yang kami harus bayarkan di awal sekolah nantinya adalah Rp7 jutaan, dan dari situlah munculnya ide tulisan seputar pendidikan anak ini. Kewajiban mendidik anak Anak adalah tanggung jawab orangtua, bahkan Rasulullah SAW pernah menyampaikan yang intinya orangtualah yang menentukan apakah sang anak akan menjadi muslim atau yang lainnya ( haditsnya tanya sama ustadz aja ). Bentuk tanggungjawab itu tentu macam-macam, mulai dari memberi nafkah (lahir dan batin), mendidik dan mengarahkan, mengayomi dan melindungi, dan lain sebagainya, hingga sang anak menjadi dewasa dan siap dibebani tanggung jawab sendiri. Sebagai orangtua (termasuk calon orangtua), hal ini haruslah difahami

renungan tahun baru

Beberapa hari yang lalu kita baru saja menapaki 2 (dua) tahun baru yang hampir datang bersamaan. Tahun 2009 miladiyah dan tahun 1430 Hijriyah. Setiap momen pergantian waktu tentu saja memberikan banyak pelajaran bagi kita semua, termasuk pergantian tahun kali ini. Karenanya setiap kita mesti bisa bijak di dalam mengambil manfaat dan hikmah dari momen pergantian tahun yang baru saja lewat. Sebab pelajaran itu minimal menjadi acuan bagi kita untuk menatap dan melangkah di masa depan. Kesalahan yang sering terjadi pada sebagian besar manusia, di saat merayakan dan menanti kehadiran tahun baru, khususnya tahun miladiyah ( masehi ) adalah meluapkan kegembiraan dengan berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang (walaupun miliknya sendiri) untuk hal-hal yang tidak begitu berguna ( mubazir githu loh ). Coba lihat, setiap momen pergantian tahun berapa milyar atau bahkan trilyunan rupiah yang hangus dalam bentuk percikan kembang api di udara tepat pada jam 00.00, baik di Indonesia maupun di berba