renungan tahun baru

Beberapa hari yang lalu kita baru saja menapaki 2 (dua) tahun baru yang hampir datang bersamaan. Tahun 2009 miladiyah dan tahun 1430 Hijriyah.
Setiap momen pergantian waktu tentu saja memberikan banyak pelajaran bagi kita semua, termasuk pergantian tahun kali ini. Karenanya setiap kita mesti bisa bijak di dalam mengambil manfaat dan hikmah dari momen pergantian tahun yang baru saja lewat. Sebab pelajaran itu minimal menjadi acuan bagi kita untuk menatap dan melangkah di masa depan.
Kesalahan yang sering terjadi pada sebagian besar manusia, di saat merayakan dan menanti kehadiran tahun baru, khususnya tahun miladiyah (masehi) adalah meluapkan kegembiraan dengan berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang (walaupun miliknya sendiri) untuk hal-hal yang tidak begitu berguna (mubazir githu loh). Coba lihat, setiap momen pergantian tahun berapa milyar atau bahkan trilyunan rupiah yang hangus dalam bentuk percikan kembang api di udara tepat pada jam 00.00, baik di Indonesia maupun di berbagai belahan negara lain. Terus terang saya tidak tahu apa manfaat dari percikan kembang api tersebut kecuali sekedar kepuasan sesaat bahwa tahun sudah berganti. Pertanyaannya, tahun berganti so what githu loh? Apalagi di penghujung tahun 2008 kemarin dunia berguncang dengan kebiadaban Israel yang tanpa perikemanusiaan membombardir warga palestina tidak berdosa, atau gempa yang menimpa saudara-saudara kita di manokwari. Rasa-rasanya tidak tepatlah kita habis-habiskan duit sementara melihat kesengsaraan menimpa manusia lain yang kebetulan bukan kita. Bagaimana kalau sebaliknya, kita yang menderita dan kita melihat orang lain berfoya-foya di atas kesedihan dan kepedihan kita. Coba dana yang terbuang sia-sia itu dikumpulkan dan didonasikan ke warga Palestina atau manokwari, bukankah itu jauh lebih bermanfaat?

Sudah semestinya kita menyadari, yang terpenting dari bergantinya tahun bukan kegembiraan dan kepuasan yang berlebihan, tapi refleksi bagaimana perjalanan hidup di tahun-tahun yang sudah berlalu, apa kebaikan-kebaikan yang sudah kita sebar dan tebarkan, dan berapa banyak kesalahan dan dosa yang kita perbuat dan tanam.
Lebih baik kita menghabiskan waktu untuk mempersiapkan hari esok agar lebih baik dari kemarin. Lebih tepat kita menghabiskan waktu untuk menangis meratapi perjalanan hidup daripada bergelimangan kegembiraan sesaat, sementara kita tidak tahu besok mau hidup seperti apa, atau bahkan jangan-jangan besok sudah tidak bernyawa.
Nah, walaupun sekarang semuanya telah berlalu, momen pergantian tahun telah lewat begitu saja, kita masih ada waktu untuk merenungi perjalanan hidup setahun terakhir dan mencoba mempersiapkan diri untuk hidup di masa yang akan datang. Yang sekarang masih kuliah mulai berhitung untuk menyelesaikan kuliahnya sesegera mungkin, yang masih bujang sudah mulai menyusun rencana untuk menikah di tahun-tahun yang akan datang, yang sudah berkeluarga mulai menyusun rencana hidup ke depan bagaimana? pendidikan anak bagaimana? masa tua bagaimana? Yang punya bisnis pun berfikiran positif setahun ke depan apa peluang yang dapat dioptimalkan, pejabat publik menilik dosa dan kesalahannya, kemudian introspeksi dan berniat memperbaiki di tahun mendatang, para politisi, rakyat dan siapapun akan mencoba melakukan hal yang demikian, mencoba berfikir untuk melakukan yang terbaik di masa yang akan datang.
Kira-kira, kalau ini dilakukan semua elemen bangsa, sebagai individu, sebagai institusi, sebagai komunitas dan sebagai apapun kita, maka insya allah masa depan Indonesia akan lebih baik, bahkan masa depan dunia akan semakin cerah.
Tahun baru, harapan baru
Semoga...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cintai isterimu

Ngobrol Santai

Persiapan Mendidik Anak