Golput adalah pilihan? (bagian satu)

Baru saja kabar yang mengagetkan dari Padang, tepatnya dari sidang MUI yaitu keluarnya fatwa tentang haramnya golput bagi umat Islam di Indonesia dalam pemilu yang akan datang. Namun setelah diteliti lebih lanjut ternyata bukan fatwa haram golput, tetapi kewajiban untuk memilih bagi umat Islam agar terdapat pemimpin yang mengelola negara ini.
Pro kontra pun berlanjut, mulai dari yang setuju tanpa pandang bulu sampai yang menolak sama sekali. Tulisan ini tidak berbicara masalah kontroversi tersebut, tapi bagaimana penulis mempunyai pandangan terhadap golput itu sendiri.
Golput yang menjadi obyek pembahasan disini adalah golput yang penuh kesadaran, bukan karena ketidaksengajaan maupun masalah teknis lainnya, seperti tidak terdaftar di dalam DPT. Dari berbagai media, tulisan dan pendapat, beberapa argumen dari kalangan golput antara lain adalah:
  1. Merasa tidak ada pilihan di antara berbagai partai atau kandidat, yang mampu menyuarakan aspirasi atau harapannya;
  2. Merasa tidak ada kemanfaatan dari proses pemilu atau pilkada dari tahun ke tahun selama ini;
  3. Merasa bahwa sistem pemilu (baca: demokrasi) bukanlah sesuatu yang sah dan legal menurut ajaran Islam;
dan mungkin banyak alasan lain yang tidak diungkapkan di sini, tetapi penulis mencoba melihat 3 (tiga) hal ini saja sebagai obyek pembahasan.
sekarang kita bedah satu persatu....

pertama
Merasa tidak mempunyai pilihan di antara berbagai parpol atau kandidat adalah suatu kewajaran, sepanjang memang seseorang itu sudah mempunyai kriteria standar yang diinginkan. Artinya, wajar seseorang merasa tidak mempunyai pilihan ketika dia mempunyai kriteria standar tentang pilihan yang ideal. Nah, pertanyaannya apakah para pelaku golongan putih sudah melakukan hal tersebut, yaitu menentukan kriteria standar pilihannya. Setelah seseorang membuat suatu standar, maka langkah kedua adalah mencari di antara sekian kandidat atau parpol mempunyai kriteria sebagaimana yang diharapkan. So, mestinya tidak golput sebelum melakukan usaha yang maksimal ini tentunya.
Dan sebenarnya, kalau saya pribadi merasa kalaupun sudah melakukan ihtiar di atas, golput belumlah menjadi pilihan. Hal ini disebabkan kita harus sadar kriteria ideal kita kadang terlalu tinggi, harapan kita terlalu super, padahal kita tahu tidak mungkin parpol itu serats persen hebat, dan tidak mungkin seorang caleg adalah 100% orang yang luar biasa. Pasti ada kekurangan dan kelemahannya, sebab kita ini manusia, yang akan kita jadikan aleg juga manusia. Oleh karenanya, dalam hal kita punya kriteria, maka janganlah pernah membuat angka yang mutlak, melainkan ada skor minimal yang masih bisa ditolerir. Benar bahwa kita pengin yang terbaik, tapi realitas juga yang ada adalah belum tentu terbaik menurut anda. Bayangkan anda mencari calon isteri, anda punya berbagai kriteria sangat ideal, tapi apa ada wanita yang sangat ideal sesuai harapan anda, kita harus siap bahwa di antara sisi postif wanita ada juga sisi negatifnya? tapi tentu kondisi ini tidak membuat kita putus asa dan kemudian mengatakan yah ndak sah kawin aja deh, nggak ada yang selera??? sekali lagi kita harus menyadari kita mencoba memilih di antara banyak manusia yang tentu saja banyak salah dan kekurangannya.
Nah, kalau kita memilih di antara berbagai pilihan yang sudah kita coba kaji plus minusnya, dan kita temukan yang terbaik di antara yang ada, maka keuntungan yang kita dapatkan adalah:
  • jika kandidat anda menang, maka anda punya investasi di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang berjalan, sehingga anda berhak mengingatkan kalau ada yang salah dengan pemerintahan.
  • jika kandidat kalah, maka setidaknya anda telah bertanggung jawab dengan berusaha memperbaiki bangsa melalui pilihan kandidat yang menurut anda terbaik dan mungkin saat ini belum waktunya memimpin;
Sebaliknya, andaikata anda tidak memilih, maka kalau pemerintah salah kita mestinya tidak berhak menuntut siapapun, karena kita tidak ikut berpartisipasi, dan jika pemerintah berjalan dengan baik dan kita menikmati keuntungan di dalamnya, maka kita adalah penumpang gelap yang ikut-ikutan dan mau enaknya saja.

Komentar

Unknown mengatakan…
@saya setuju dengan fatwa mui yang mengharuskan umat muslim untuk tidak golput karena kita tahu bahwa kalo tidak memilih berarti kita tidak ikut andil dalam pemerintahan,,,,seprti kita ketahui suri tauladn kita dalam hal emerintahan selalu melibatkan umatnya...
cKAja mengatakan…
mantap terimakasih postingannya
gbu

Postingan populer dari blog ini

Ngobrol Santai

Cintai isterimu

Orang Pajak Bisa Kaya