Belajar dari anak
Alangkah indah dan senangnya melihat aktivitas sehari-hari yang dilakukan anak-anak kita. Walaupun terkadang memang membuat kening kita berkerut atau urat emosi kita naik, namun sesungguhnya banyak yang dapat kita ambil hikmah dan pelajaran di dalamnya, hal sepele yang kadang dilupakan oleh orang-orang yang mengaku dewasa. Jangan segan dan merasa lebih senior sehingga tidak layak menerima pelajaran dari anak-anak. Sebab hikmah itu bisa muncul dari siapa saja tanpa pandang bulu, termasuk dari anak-anak di sekitar kita.
mari kita lihat dan belajar dari apa yang diajarkan secara tidak langsung oleh anak-anak kepada kita selaku orang tua maupun orang yang lebih dewasa dibanding mereka.
Berani mencoba dan tidak takut gagal
contoh sederhana adalah manakala kita lihat dan perhatikan anak-anak yang sedang belajar naik sepeda dan terjatuh-jatuh, namun tidak pernah putus asa, sampai akhirnya bener-bener berhasil naik sepeda dengan lancar bahkan kadang melakukan atraksi yang luar biasa. Contoh lain, bagaimana kita melihat seorang bayi berusia sembilan bulan mencoba berdiri dan di usia selanjutnya mencoba berjalan, maka jatuh bangun itu menjadi menu kesehariannya, tapi apakah pernah mereka berhenti dan kemudian "mutung" dengan apa yang dilakukan?
apa pelajaran yang bisa kita ambil? ternyata ketidak mampuan bukanlah penghalang untuk mencoba melakukan sesuatu dan kegagalan bukannya mematikan semangat tapi malah memicu untuk belajar lebih giat, bekerja lebih maksimal demi mendapatkan hasil yang luar biasa. Hal inilah yang terkadang tidak atau kurang dimiliki para orang dewasa, begitu banyak orang dewasa yang terkapar dan tidak berani melakukan sesuatu karena merasa tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sesuatu, atau sering kita mendengar banyak orang dewasa yang setelah gagal menunaikan sesuatu, maka seolah-olah dunia ini tertutup untuknya. Banyak yang sukses berbisnis setelah gagal yang kesekian kalinya, tapi lebih banyak yang gagal bisnis haya karena satu dua kali kegagalan yang menimpanya. Sederhana tapi susah sekali kita lakukan
Pembelajar cepat dan peniru ulung
Pernahkah kita mencermati bagaimana seorang bayi atau anak kecil bisa memulai mengucapkan kata-kata? ternyata anak-anak bisa mengucapkan kata-kata mama atau papa karena dia mendengar dari lingkungannya, tidak ada yang mengajari sang anak dan bayi tdai untuk mengikuti ucapan-ucapan yang dia dengar dari sekitar, tapi sang anak telah ditakdirkan untuk menjadi pembelajar cepat dari sekitarnya untuk kemudian memacu dan memicu dia untuk bisa mengatakan dan mengucapkan sesuatu. Anak-anak sangat mudah belajar terhadap lingkungan tanpa perlu ada seorang mentor, anak pun menjadi peniru yang andal karena kemauan dan kemampuannya untuk maju. Jangan heran kalau kita melihat anak kecil bisa melafalkan lantunan surat al fatihah atau mendendangkan lagu "tak gendong" nya mbah surip walaupun dengan ejaan yang jauh dari sempurna, karena mereka mendengar dari sekitar dan mencoba mengulang apa yang dia dengar. Anak-anak hafal al fatihah karena mungkin orangtuan rajin mengajak dia sholat berjamaah atau pergi ke masjid, dan anak-anak hafal "tak gendong" karena memang di sekitarnya, lagu-lagu itu sering didendangkan berulang-ulang. Apa hikamh dan pelajaran bagi orang dewasa? terlalu banyak kita mendengar namun sedikit sekali yang terngiang dalam benak dan fikiran kita sehingga membuat kita ikut melangkah mengikuti kebaikan yang kita dengar sehari-hari. Betapa banyak kebaikan-kebaikan yang diperdengarkan dan diajarkan oleh lingkungan, tetapi tidak banyak yang kita perbuat dari apa yang kita dengar. Otak kita serasa beku untuk menyuruh tangan bergerak dan kaki melangkah meniru kebaikan yang terlalu banyak hadir di sekitar kita, sebaliknya kalau keburukan rasa-rasanya tidak perlu dijarkan oleh lingkunag berulang-ulang tetapi cepat sekali kita mengikutinya. Setiap pekan yang muslim senantiasa mendengar khutbah, tetapi berapa persen isi khutbah ini benar-benar membuat kita belajar cepat mengikuti paya yang disampaikan khotib dan apalagi meniru untuk mengamalkan kebaikan yang disampaikan sang khotib. Ah, malu rasanya dengan anak-anak
Pemaaf dan tidak pendendam
Sehari-hari mungkin kita sering melihat anak-anak berantem, bertengkar dan berebut satu sama lain. Entah kakak dengan adiknya, seorang anak dengan temannya, dan sebagainya. Tapi rasanya kejadian perselisihan itu baru saja terjadi, tetapi beberapa jam kemudian, terlihat mereka sudah asyik bermain bersama, padahal rasanya tadi pertengkaran yang seolah sudah membuat mereka akan putus persahabatan dan perkawanan, tetapi mereka tidak menyimpannya terlalu lama, tidak memendamnya hingga semakin menjadi-jadi, namun melupakannya, menutup yang kemaren dan membuka lembaran baru untuk kebaikan bersama. Mari kita belajar dari anak-anak, sering kita bersitegang dengan orang, tetapi kita pendam lama-lama sehingga membuat bara apinya semakin membesar dan membuat dendam yang tak terselesaikan. Sedikit tersinggung membuat hubungan merenggang, bahkan terkadng menjadi terputus hubungannya, susah sekali mengucapkan permohonan maaf atau memberikan maaf dan menutup semua luka lama. Rasa sakit hati yang semula timbul, terasa sayang kalau dengan mudah dihapuskan.
Suka berbagi
Isteri saya beberapa kali melapor kalau budget untuk beli jajan buat anak-anak terpaksa over. Saya fikir anak-anak lebih doyan makan mungkin, tapi kata isteri saya ternyata bukan semata-mata karena anak-anakku yang tambah makannya, melainkan karena hobinya untuk ngajak teman-teman ke rumah manakala di sore hari sedang ada makanan di rumah, bahkan kalau perlu sembari bermain keluar dia bawain teman-temannya makanan untuk di santap bersama. Yah, kita sering lihat yang seperti ini, tetapi entah kita memetik pelajaran dari sini atau tidak. Kadang kita terlalu pelit untuk membagi kepada orang-orang di sekitar kita harta atau apa yang kita miliki. Rasanya sayang kalau uang kita berpindah tangan ke orang lain, sayang kalau harta kita berkurang dan dinikmati oleh orang lain. Rasanya malu ketika sang anak yang dengan mudah berbagi tetapi kita masih berat untuk melakukannya.
Masih banyak rasanya pelajaran dari anak-anak untuk kita para orang dewasa, yang semoga bisa membuat kita mengarungi kehidupan dengan lebih cepat dan lebih baik. Ayo lanjutkan... torehan kebaikan untuk semuanya.
(special thanks for my children)
mari kita lihat dan belajar dari apa yang diajarkan secara tidak langsung oleh anak-anak kepada kita selaku orang tua maupun orang yang lebih dewasa dibanding mereka.
Berani mencoba dan tidak takut gagal
contoh sederhana adalah manakala kita lihat dan perhatikan anak-anak yang sedang belajar naik sepeda dan terjatuh-jatuh, namun tidak pernah putus asa, sampai akhirnya bener-bener berhasil naik sepeda dengan lancar bahkan kadang melakukan atraksi yang luar biasa. Contoh lain, bagaimana kita melihat seorang bayi berusia sembilan bulan mencoba berdiri dan di usia selanjutnya mencoba berjalan, maka jatuh bangun itu menjadi menu kesehariannya, tapi apakah pernah mereka berhenti dan kemudian "mutung" dengan apa yang dilakukan?
apa pelajaran yang bisa kita ambil? ternyata ketidak mampuan bukanlah penghalang untuk mencoba melakukan sesuatu dan kegagalan bukannya mematikan semangat tapi malah memicu untuk belajar lebih giat, bekerja lebih maksimal demi mendapatkan hasil yang luar biasa. Hal inilah yang terkadang tidak atau kurang dimiliki para orang dewasa, begitu banyak orang dewasa yang terkapar dan tidak berani melakukan sesuatu karena merasa tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sesuatu, atau sering kita mendengar banyak orang dewasa yang setelah gagal menunaikan sesuatu, maka seolah-olah dunia ini tertutup untuknya. Banyak yang sukses berbisnis setelah gagal yang kesekian kalinya, tapi lebih banyak yang gagal bisnis haya karena satu dua kali kegagalan yang menimpanya. Sederhana tapi susah sekali kita lakukan
Pembelajar cepat dan peniru ulung
Pernahkah kita mencermati bagaimana seorang bayi atau anak kecil bisa memulai mengucapkan kata-kata? ternyata anak-anak bisa mengucapkan kata-kata mama atau papa karena dia mendengar dari lingkungannya, tidak ada yang mengajari sang anak dan bayi tdai untuk mengikuti ucapan-ucapan yang dia dengar dari sekitar, tapi sang anak telah ditakdirkan untuk menjadi pembelajar cepat dari sekitarnya untuk kemudian memacu dan memicu dia untuk bisa mengatakan dan mengucapkan sesuatu. Anak-anak sangat mudah belajar terhadap lingkungan tanpa perlu ada seorang mentor, anak pun menjadi peniru yang andal karena kemauan dan kemampuannya untuk maju. Jangan heran kalau kita melihat anak kecil bisa melafalkan lantunan surat al fatihah atau mendendangkan lagu "tak gendong" nya mbah surip walaupun dengan ejaan yang jauh dari sempurna, karena mereka mendengar dari sekitar dan mencoba mengulang apa yang dia dengar. Anak-anak hafal al fatihah karena mungkin orangtuan rajin mengajak dia sholat berjamaah atau pergi ke masjid, dan anak-anak hafal "tak gendong" karena memang di sekitarnya, lagu-lagu itu sering didendangkan berulang-ulang. Apa hikamh dan pelajaran bagi orang dewasa? terlalu banyak kita mendengar namun sedikit sekali yang terngiang dalam benak dan fikiran kita sehingga membuat kita ikut melangkah mengikuti kebaikan yang kita dengar sehari-hari. Betapa banyak kebaikan-kebaikan yang diperdengarkan dan diajarkan oleh lingkungan, tetapi tidak banyak yang kita perbuat dari apa yang kita dengar. Otak kita serasa beku untuk menyuruh tangan bergerak dan kaki melangkah meniru kebaikan yang terlalu banyak hadir di sekitar kita, sebaliknya kalau keburukan rasa-rasanya tidak perlu dijarkan oleh lingkunag berulang-ulang tetapi cepat sekali kita mengikutinya. Setiap pekan yang muslim senantiasa mendengar khutbah, tetapi berapa persen isi khutbah ini benar-benar membuat kita belajar cepat mengikuti paya yang disampaikan khotib dan apalagi meniru untuk mengamalkan kebaikan yang disampaikan sang khotib. Ah, malu rasanya dengan anak-anak
Pemaaf dan tidak pendendam
Sehari-hari mungkin kita sering melihat anak-anak berantem, bertengkar dan berebut satu sama lain. Entah kakak dengan adiknya, seorang anak dengan temannya, dan sebagainya. Tapi rasanya kejadian perselisihan itu baru saja terjadi, tetapi beberapa jam kemudian, terlihat mereka sudah asyik bermain bersama, padahal rasanya tadi pertengkaran yang seolah sudah membuat mereka akan putus persahabatan dan perkawanan, tetapi mereka tidak menyimpannya terlalu lama, tidak memendamnya hingga semakin menjadi-jadi, namun melupakannya, menutup yang kemaren dan membuka lembaran baru untuk kebaikan bersama. Mari kita belajar dari anak-anak, sering kita bersitegang dengan orang, tetapi kita pendam lama-lama sehingga membuat bara apinya semakin membesar dan membuat dendam yang tak terselesaikan. Sedikit tersinggung membuat hubungan merenggang, bahkan terkadng menjadi terputus hubungannya, susah sekali mengucapkan permohonan maaf atau memberikan maaf dan menutup semua luka lama. Rasa sakit hati yang semula timbul, terasa sayang kalau dengan mudah dihapuskan.
Suka berbagi
Isteri saya beberapa kali melapor kalau budget untuk beli jajan buat anak-anak terpaksa over. Saya fikir anak-anak lebih doyan makan mungkin, tapi kata isteri saya ternyata bukan semata-mata karena anak-anakku yang tambah makannya, melainkan karena hobinya untuk ngajak teman-teman ke rumah manakala di sore hari sedang ada makanan di rumah, bahkan kalau perlu sembari bermain keluar dia bawain teman-temannya makanan untuk di santap bersama. Yah, kita sering lihat yang seperti ini, tetapi entah kita memetik pelajaran dari sini atau tidak. Kadang kita terlalu pelit untuk membagi kepada orang-orang di sekitar kita harta atau apa yang kita miliki. Rasanya sayang kalau uang kita berpindah tangan ke orang lain, sayang kalau harta kita berkurang dan dinikmati oleh orang lain. Rasanya malu ketika sang anak yang dengan mudah berbagi tetapi kita masih berat untuk melakukannya.
Masih banyak rasanya pelajaran dari anak-anak untuk kita para orang dewasa, yang semoga bisa membuat kita mengarungi kehidupan dengan lebih cepat dan lebih baik. Ayo lanjutkan... torehan kebaikan untuk semuanya.
(special thanks for my children)
Komentar
mudic
infokenanga